Customer ku

Cerita Sex Pembantu | Saat ini aku hampir menjadi seorang insinyur elektro, sekarang sedang menunggu wisuda.
Sambil menunggu wisuda, aku dan beberapa temanku membuka toko komputer. Kejadian ini
terjadi pada bulan Agustus 2000.

Cerita Sex Pembantu Customer ku
Pagi itu sekitar jam 10 pagi, aku sedang membuat proposal penawaran untuk pemda Wonogiri.
Sebuah mobil putih tiba-tiba masuk di halaman kantorku, seorang cewek WNI keturunan
berumur sekitar 20 tahun, tinggi sekitar 165 cm mengenakan kaos ketat warna biru muda
keluar dari dalam mobil.
“Selamat pagi Mas”, katanya.
“Pagi, silakan duduk.., Ada yang dapat saya bantu?”, sahutku sambil bersalaman dan
menyiapkan sebuah kursi yang masih berada di pojok ruangan.
Terasa dingin dan sangat lembut ketika aku meremas tangannya.
Singkat cerita dia setuju membeli seperangkat komputer pentium II/550 multimedia dan
sebuah bjc-2000 yang saat itu seharga 6,6 juta.
“Ini saya baru bawa lima juta, sisanya besok bisa Mas?”, tanya dia.
“Oh.., nggak apa-apa”, jawabku, sebenarnya dengan uang muka seratus ribu pun aku juga
bersedia.
“Maaf, Mbak namanya siapa, ini untuk mengisi kwitansinya”, tanyaku.
“Yuni, lengkapnya Yuni xxx”, sahutnya. Dia juga memberikan alamat dan nomor HP-nya.
Saat itu juga setelah kuselesaikan pembuatan penawaran, aku langsung merakit komputer yang
dia pesan. Dalam tiga jam aku selesai merakit plus menginstall program yang diperlukan.
Satu jam kemudian setelah aku selesai makan siang yang sudah agak sore, aku iseng-iseng
telepon Yuni.
“Mbak.. ini komputer yang Mbak pesan udah selesai, sewaktu-waktu dapat diambil”, kataku
membuka pembicaraan.
“Aduh cepat sekali Mas, ini saya juga baru ngambil uang di bank, oh ya Mas.. sekalian
modemnya ya.. nambah berapa?”, tanyanya.
“Kalau internal Motorola 140 ribu Mbak”, jawabku.
“Ya udah yang itu saja, tetapi tolong Mas yang pasangkan ke rumah saya, masalahnya saya
nggak bisa masang sediri..”, pintanya.
“Ya.. kalo begitu nanti jam 7 malam saya akan datang ke rumah Mbak”, Sahutku.
Selesai mandi aku membayangkan wajah Yuni, mirip dengan salah satu bintang film mandarin
tapi siapa aku tidak tahu namanya. Berwajah oval, rambut sebahu berhigh light merah,
kulitnya yang putih bersih benar-benar sangat manis. Selesai berdandan dan sedikit minyak
wangi, aku menyalakan Suzuki Carretaku dan meluncur ke perumahan Solo Baru, sebuah
kompleks perumahan yang cukup elite di kota Solo.
Setelah sepuluh menit berkeliling kompleks, akhirnya aku menemukan alamatnya. Terlihat
Vitara putih di dalam garasi yang tidak tertutup, setelah yakin alamatnya benar maka aku
pencet bel yang berada di balik pagar besi yang terkunci. Seorang perempuan setengah baya
keluar dan membuka pintu pagar sambil berkata,
“Mas yang mau ngantar komputer ya, silakan masuk dulu Mas, Mbak Yuni baru mandi”. Aku
tidak langsung masuk tetapi mengambil barang-barang pesanan Yuni dan aku letakkan di teras
depan.
“Barang-barangnya disuruh langsung dipasang ke kamar Mbak Yuni Mas”, perempuan itu
menyusulku ke mobil saat aku mengambil barang terakhir, yaitu keyboard, mouse dan nota
penjualan.
“Ini kamar Mbak Yuni”, kata perempuan itu sambil mengantarkanku menuju ke suatu ruangan
berukuran 4 x 4 meter.
Tidak terlalu luas tetapi cukup tertata rapi dan barang-barang yang lumayan mewah
menghiasi kamar. Bau parfum ruangan berjenis apple samar-samar tercium hidungku. Tanpa
membuang waktu aku merakit komputer di meja yang telah dia siapkan sebelumnya.
Saat merakit instalasi printer, Yuni masuk kamar, tercium harum bau sabun mandi. Terlihat
Yuni hanya mengenakan daster warna kuning tanpa ritsluiting dan tanpa lengan baju (model
you can see). Lengannya yang putih mulus dan bentuk badannya yang ramping mengigatkanku
pada Novi (cinta pertama) tetapi badannya lebih gedean Novi sedikit. Sesaat aku terdiam
memandangnya, dia hanya tersenyum saja memperlihatkan giginya yang putih dan berjajar
rapi.Cerita Sex Pembantu
“Udah selesai Mas?”, tanyanya membuatku sedikit kaget.
“Oh.. sebentar lagi Mbak, ini baru pasang printer”, jawabku.
“Mas, jangan panggil aku Mbak, panggil saja Yuni”, katanya.
“Kamu kuliah di mana?”, tanyaku.
“Di Akademi **** (edited), semester 3″, jawabnya.
“Stop kontaknya mana Yun?”, tanyaku.
“Itu di bawah meja”, jawabnya.
“Kok sepi, di mana ortumu?”, tanyaku.
“Aku di sini tinggal bersama kakakku, Papi sama Mami tinggal di Surabaya, kakakku sudah
tiga hari di Semarang ikut seminar untuk syarat mengambil dokter spesialis”, jelasnya.
“O.. kakakmu dokter ya.., terus perempuan itu pembantumu?”, aku terus bertanya.
“Iya, dia membantu dari pagi sampai jam 7 malem setelah itu pulang ke rumahnya kira-kira
300 meter dari sini”, jelasnya.
“Nah.. udah siap silakan kalo mau coba”, kataku setelah layar monitor memperlihatkan logo
WIN 98.
“Oh ya.. Mas mau minum apa?”, tanyanya setelah menunggu logo WIN 98 berubah menjadi gambar
Titanic.
“Ah.. apa aja mau kok”, kataku sambil tersenyum.
Dia berjalan keluar kamar, saat dia berjalan itu samar-samar kulihat pantatnya yang tidak
terlalu besar tetapi terlihat padat dan kenyal. Dia kembali dengan membawa segelas es
jeruk dan meletakkan di samping ranjangnya yang memang terdapat meja kecil dan sebuah
telpon.
“Wah sayang aku belum ngedaftar ke ****net “, katanya.
“Oh.. kamu mau nyoba pakai internet, kalo gitu untuk sementara kamu boleh pakai punyaku”,
kataku sambil aku mulai mengisi user name dan password.
“Eh.. Mas.. kalo mau lihat gambar-gambar artis Indonesia yang telanjang alamatnya di mana
sich”, katanya tanpa malu-malu.
Selanjutnya kuberi tahu alamat-alamat situs porno sambil aku memperlihatkannya. Terlihat
Yuni Shara sedang bercinta dengan seseorang, melihat adegan tersebut matanya yang agak
sipit dan bening terus melotot sambil menelan ludah, aku hanya tersenyum menyaksikan
ekspresi wajahnya yang lucu sangat manis terpaku memandangi adegan itu.
“Kalo kamu mau baca cerita-cerita erotis, ada di sini..”, kataku sambil mengetik
CeritaSexTerbaru.org dan mulai masuk ke salah satu cerita erotis, dengan seksama dia
membacanya dan aku juga membaca tentunya.
Saat dia tengah membaca, dia mendekatkan kursinya di sampingku sambil sesekali dia
meletakkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain. Dan batang kemaluanku pun mulai
bereaksi dan.. aduh, kelihatan sekali kalau batang kemaluanku sedang tegang. Dia melirik
ke bawah, aku berusaha menyembunyikannya, dan dia hanya menarik nafas dalam-dalam sambil
tersenyum kecil.
Setelah beberapa saat berselancar keliling dunia, kuputuskan hubungan ke internet.
“Mas.. ini udah bisa dipakai nonton film?”, tanyanya.
“Iya, kamu punya CD (compact disk) film nggak”, tanyaku sambil aku berusaha menempatkan
batang kemaluanku agar berada pada posisi vertikal setelah terangsang dengan cerita tadi.
“Sebentar, aku carikan dulu ke kamar kakak”, jawabnya sambil keluar kamar.
“Ada sich, tapi.. adanya ini punya kakak”, dia berkata sambil memperlihatkan VCD semi
porno dengan judul Kama Sutra versi Barat.
“Ya.. nggak apa-apa kan cuma nyoba, tapi pembantumu tadi di mana?”, tanyaku sambil
melongok ke arah pintu.
“Oo.. dia udah pulang tadi waktu aku selesai mandi dan masuk ke sini”, jawabnya.
Terlihat adegan yang sangat romantis pada layar monitor, tidak seperti film-film porno
lain, adegan dalam film ini sangat lembut dan romantis. Sebenarnya aku sudah terbiasa
menonton film-film seperti ini, tetapi jika ditemani makhluk manis seperti ini jantungku
berdebar sangat kencang. Sesekali kulirik dia yang sedang menyaksikan adegan tersebut.
Terlihat sesekali dia membasahi bibirnya yang berwarna merah delima dengan lidahnya.
Ingin sekali sebenarnya aku mencium bibirnya. Baru sekali aku merasakan bersetubuh dengan
pacar pertamaku, dan keinginan itu saat ini sangat menggebu. Kulihat Yuni mulai sering
menggerakkan kakinya naik turun. Aku hanya menarik nafas panjang dan kumundurkan kursiku
sehingga berada sedikit di belakang Yuni. Karena aku sudah tidak tahan lagi, dengan agak
takut kusenggolkan kakiku dengan kakinya.
Tidak kuduga sama sekali dia hanya diam, tanpa menungu lebih lama lagi kakiku mulai naik
turun di betisnya. Karena dia sepertinya tidak keberatan kuperlakukan seperti itu,
kuberanikan tanganku untuk memegang tangannya dan dia juga menyambutnya dengan meremas
tanganku. Akupun mulai lebih berani, kuraba dadanya yang tidak begitu besar tetapi sangat
kencang dan padat terasa cukup keras.
Saat kuraba payudaranya terlihat dia terpejam sepertinya sedang menikmati apa yang sedang
kulakukan. Tangannya yang putih bersih mulai merayap menuju pahaku, aku semakin terangsang
hebat. Sementara tanganku masih rajin meraba payudaranya, dan dia terpejam, perlahan
kucium bibirnya, kuhisap dengan lembut dan lidahku pun mulai masuk di antara gigi-giginya
yang putih berjarar rapi. Masih berasa pasta gigi saat lidahku melumat bibirnya.
Selanjutnya dia pun membalas dengan memainkan lidahnya ke dalam mulutku. Lembut sekali
bibir dan lidahnya.
Setelah beberapa saat aku menikmati bibirnya yang mungil, ciumanku mulai berjalan menuju
ke telinganya. Saat aku mungulum telinganya, dia mendesah dan mengangkat kepalanya,
sepertinya dia kegelian. Kulepaskan ciumanku dan aku mulai mencumbu lehernya yang putih
dan berbau harum sabun mandi, sementara tanganku masih terus meraba payudaranya dengan
lembut. Perlahan ciumanku aku turunkan di dada bagian atas dan tanganku mulai melepaskan
tali yang mengantung pada lengannya.
Setelah aku berhasil melepaskan tali dari dasternya, maka daster bagian atasnya mulai
menurun dengan sendirinya. Terlihat bukit yang masih tertutup BH berwarna krem. Saat aku
mulai mencium payudaranya bagian atas, perlahan-lahan dia berdiri dan spontan aku menarik
ciumanku, agak takut aku waktu itu, kupikir dia akan marah. Tetapi setelah dia berdiri
tegak, semua dasternya merosot ke bawah dan tampak dia berdiri setengah telanjang hanya
menggenakan BH dan celana dalam berwarna putih. Sepertinya dia tidak marah malah dia
tersenyum kecil, saat itu aku berpikir mungkin dia penganut aliran seks bebas. Ah masa
bodoh, yang penting keinginanku dapat kesampaian dan aku tidak memaksanya.
Perlahan aku mulai berdiri di hadapannya, kupandangi tubuhnya yang setengah telanjang
dengan seksama. Indah sekali tubuhnya, dari wajah sampai ujung kaki semuanya berbalut
kulit berwarna putih bersih khas kulit WNI keturunan. Perlahan kudekati dia dan kucium
bibirnya untuk yang kesekian kalinya. Senang sekali aku menikmati bibirnya yang mungil dan
berwarna merah delima.
Sambil aku melumat bibirnya kupeluk dia sampai tubuh kami saling menyentuh. Tanganku yang
berada di punggungnya mulai berusaha melepaskan BH, tapi sulit bagiku, aku tidak berhasil
karena BH yang dia pakai lain dengan yang pernah dipakai Novi. Sepertinya dia tahu kalau
aku kesulitan membuka BH-nya, dan akhirnya dia sendiri yang membuka. Setelah BH-nya
terlepas terlihat dua buah bukit yang berwarna putih dengan puting berwarna coklat muda
menggantung dengan kencang.
Kubopong dia ke tempat tidur dan kurebahkan dia ke sisi tempat tidur. Saat itu dia berada
di atas tempat tidur dan aku berada di lantai. Perlahan kuraba payudara bagian kiri dengan
tangan kananku, sementara lidahku mulai memainkan puting susunya yang sebelah kanan sambil
sesekali kuhisap putingnya. Kulihat dia terpejam dan menggigit bibir bagian bawah
sementara kedua tangannya menarik-narik rambutnya sendiri, sepertinya dia sangat menikmati
permainan ini.Cerita Sex Pembantu
Saat kedua tangannya memegang rambutnya, terlihat ketiaknya yang sangat bersih tanpa
ditumbuhi bulu karena mungkin sering dicukur. Selanjutnya hisapanku mulai bergeser sedikit
demi sedikit ke sisi payudaranya, dan kulanjutkan jilatan dan hisapanku ke atas menuju
ketiaknya dan tangan kananku berganti memainkan payudara bagian kanan. Saat lidahku
menyapu ketiaknya dia sedikit berteriak, “Akhh..”. Aku lanjutkan dengan menghisapnya dan
dia semakin mendesah keras dan kedua kakinya merapat saling menindih. Terlihat dia
menegang untuk beberapa saat, kemudian mulai melemas sepertinya dia telah mencapai orgasme
untuk yang pertama.
Terlihat titik-titik keringat muncul di dahinya, aku melepaskan gigitanku dan dia duduk
sambil tangannya menyentuh rambutku dan dia meraba wajahku dengan tangan kanannya
sementara tangan kirinya membersihkan keringat yang ada di dahinya. Setelah dia meraba
bagian wajahku, jari-jarinya menyentuh bibirku dan dengan ibu jarinya dia mengusap-usap
bibirku dan berusaha memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutku. Aku tidak menolak, kukulum
ibu jarinya dengan lembut, dan jarinya yang lain mulai menyusul masuk ke dalam mulutku,
kukulum satu persatu jari-jarinya yang putih.
Perlahan dia menarik tangannya dan mulai membuka kacing-kancing kemejaku. Perlu pembaca
ketahui jika aku berada di tempat customer aku selalu mengenakan kemeja dan sepatu, tetapi
sepatu dan kaus kakiku telah kulepas di depan rumahnya. Setelah semua kancing kemejaku
terlepas, aku berdiri dan membuka kemejaku. Selajutnya kubuka sendiri ikat pinggang dan
celana panjangku sampai aku hanya memakai CD yang telah menjadi ketat karena terdesak oleh
batang kemaluanku yang menegang keras. Selanjutnya kubuka CD-ku sendiri sehingga kini aku
telah telanjang bulat.
Terlihat batang kemaluanku tegak berdiri dengan arah agak vertikal, perlahan kudekatkan
batang kemaluanku ke wajahnya dengan harapan dia akan menghisapnya, tapi sepertinya dia
tidak mengerti maksudku, karena dia hanya memandang saja. Selanjutnya dengan tangan
kananku memegang batang kemaluan dan tangan kiriku membelai rambutnya, aku usap-usapkan
batang kemaluanku ke wajahnya, lagi-lagi dia belum mengerti keinginanku, dia hanya
memejamkan mata. Karena sudah tidak sabar kuusapkan kepala batang kemaluanku ke bibirnya
dan aku berusaha memasukkan batang kemaluanku dan akhirnya dia mau membuka mulutnya.
Perlahan kudorong batang kemaluanku agar masuk lebih dalam lagi, terasa lidahnya yang
lembut menyentuh kepala batang kemaluanku. Sepertinya dia mulai mengerti apa yang
kuinginkan, selanjutnya lidahnya mulai menyapu kulit batang kemaluanku dari pangkal sampai
ujung berulang-ulang sambil sesekali mengulumnya, terasa sangat lembut, hangat dan sangat
nikmat sampai-sampai merinding seluruh tubuhku. Sepertinya dia menyukai batang kemaluanku
karena lebih dari lima menit dia menikmati batang kemaluanku sampai kakiku kelelahan
berdiri, akhirnya aku mengambil posisi 69 dengan posisi miring.
Sementara dia mengulum dan menjilati batang kemaluanku, aku mulai membuka CD-nya yang
sedikit basah. Terlihat rambut-rambut halus menutupi kemaluannya sebelah atas. Aku terus
menurunkan CD-nya sampai terlepas, selanjutnya kucium dan jilati paha bagian dalamnya
sampai mendekati liang kewanitaannya. Lain dengan Novi, bibir liang kewanitaan Yuni
berwarna cenderung merah hati. Aku sapukan lidahku ke lubang kenikmatannya yang telah
mengeluarkan cairan bening, terasa agak gurih.
Saat kubuka liang kewanitaannya dengan tangan kiriku, terlihat liang kewanitaannya sangat
sempit dan sepertinya dia masih perawan karena bentuk bagian dalamnya persis seperti
kepunyaan Novi. Mengetahui dia masih perawan, aku semakin semangat menikmati liang
kewanitaannya. Kurenggangkan kedua pahanya, kusapukan lidahku dari anusnya dan sedikit
demi sedikit naik menuju lubang kemaluannya dan akhirnya sampai pada klitorisnya. Kujilati
dan kuhisap klitorisnya berulang-ulang, kuturunkan lidahku ke lubang senggamanya dan
cairan bening mulai mengalir dari liang kewanitaannya. Kemudian kuhisap dalam-dalam cairan
yang keluar tersebut dan kukeluarkan di daerah klitorisnya sambil terus kujilati dan
kuhisap klitorisnya.
Setelah puas menikmati klitorisnya, kini lidahku mulai menyapu liang kewanitaannya, dan
lidahku kumasukkan ke dalam liang kewanitaannya yang sempit tersebut. Sampai akhirnya dia
melepaskan hisapan pada batang kemaluanku dan untuk yang kedua kalinya dia menegang dan
perlahan keluar cairan bening dari dalam liang kewanitaannya yang selanjutnya kuhisap dan
kutelan sampai habis.
Aku melihat Yuni yang kelelahan, aku bangkit dan duduk di samping tubuhnya yang telah
lemas dan karena aku belum mencapai orgasme, kuambil posisi di atasnya dan dengan tangan
kananku, kubimbing batang kemaluanku agar dapat masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat
kugesek-gesekkan batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, tangan kanannya menahan agar
batang kemaluanku berhenti.
“Tolong Mas jangan dimasukin, aku takut, aku belum pernah melakukannya”, ucapnya dengan
lirih.
Mendengar itu aku jadi iba juga, kutarik batang kemaluanku dari permukaan liang
kewanitaannya, dan aku kembali duduk di sampingnya dengan tanganku mengocok batang
kemaluanku yang masih tegang. “Aku kulum saja ya Mas, boleh nggak?”, tanyanya sambil
tangan kanannya meraih batang kemaluanku. Aku hanya mengangguk, selanjutnya dia bangkit
dari tidurnya dan duduk berhadapan denganku, dia tersenyum dan mencium bibirku sejenak.
Kemudian dia menunduk dan mulai mendekati batang kemaluanku, dia sapukan lidahnya dari
kepala batang kemaluan sampai pada pangkalnya berulang ulang. Aku hanya merintih menahan
nikmat, aku heran juga kenapa dia nggak capek ya.. Yuni terus memainkan lidahnya sambil
sesekali mengulum kepala batang kemaluanku. Kuakui kulumannya sangat nikmat karena batang
kemaluanku masuk cukup jauh ke dalam mulutnya.
Setelah beberapa saat aku menahannya, akhirnya
“Akhh.. aku mau keluar”, ucapku sambil meremas payudaranya dan maniku keluar memenuhi
mulutnya dan sebagian membasahi wajahnya yang manis.
Setelah menelan maniku yang ada di dalam mulutnya, dia melanjutkan mengulum dan
membersihkan batang kemaluanku yang basah dengan lidahnya. Sampai batang kemaluanku
melemas pun dia masih terus mengulumnya sampai batang kemaluanku terasa geli. Karena
kegelian, kusuruh dia melepaskan kulumannya. Kemudian kuangkat dagunya hingga wajahnya
berhadapan denganku, masih terlihat sisa-sisa maniku di sisi kiri bibirnya yang mungil
menetes ke dagunya. Kuusap maniku yang membasahi hidung dan pipinya dengan jariku dan akan
kuusapkan pada CD-nya, tetapi dia ingin menelannya, sehingga jari-jariku dilumatnya hingga
mani yang kupegang habis. Sepertinya dia sangat menyukai maniku, enak kali ya..
Sepertinya dia kelelahan, dia berbaring telentang menatapku dengan tanpa selembar kainpun
menutupi tubuhnya. Kupandangi lagi tubuhnya yang telanjang dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Terlihat titik-titik keringat keluar dari sekujur tubuhnya, terlihat semakin indah.
Aku menarik nafas panjang dan kucium bibirnya yang mungil, masih terasa sisa-sisa maniku
di bibirnya, terasa gurih tetapi lebih kental dari maninya.
Saat kulihat sudah pukul 10.30 malam, aku segera berpakaian, mematikan komputer dan pamit
pulang. Dengan malas diapun bangkit dan mengenakan dasternya tanpa memakai CD dan BH.
“Mas uang kekurangannya belum aku siapkan, mau tunggu sebentar?”, katanya.
“Ah.. besok saja udah malam nih takut ditanya macam-macam sama satpam”, kataku.
Sebenarnya maksudku adalah agar aku dapat datang lagi dan main dengannya seperti yang baru
saja kami lakukan. Untuk yang terakhir kalinya pada malam itu kucium bibirnya. Aku start
mobilku dan meninggalkan rumahnya. Dalam perjalanan aku heran juga, bagaimana dia bisa
mempertahankan keperawanannya jika dia sudah bermain sejauh itu. Dalam hati aku yakin jika
suatu saat nanti dia akan mennyerahkan keperawanannya padaku.
Semenjak kejadian malam itu aku selalu teringat dengannya. Hampir aku tidak percaya jika
aku pernah bercumbu dengan seorang WNI keturunan yang berwajah sangat manis. Tetapi karena
kesibukanku ikut tender, aku jadi belum sempat menghubungi Yuni. Kejadian ini berlangsung
empat hari setelah malam yang indah itu.
Sore itu sekitar jam 15.30 aku baru datang dari luar kota. Aku ke kantor dan menyerahkan
berkas-berkas dan revisi penawaran kepada dua orang temanku, sedangkan aku langsung masuk
ke ruang service dan tidur. Seperempat jam kemudian aku mendengar seorang temanku berkata,
“Wah Doel, ada makhluk cakep datang.. ck.. ck.. ck.. indah bener nih cewek”. Karena aku
sangat capek, aku tidak begitu menggubrisnya dan aku tetap tidur sampai salah seorang
temanku membangunkanku.
“Hai Doel.. bangun.. dicari makhluk indah tuh..” kata temanku sambil menendang pelan
kakiku.
Oh ya, aku mendirikan toko komputer bersama dua orang temanku, dan kami sama-sama
memanggil dengan julukan Doel.
“Siapa sih.. aku capek banget nih..” kataku sambil bangkit untuk duduk.
“He.. Doel, Yuni itu WNI keturunan ya.. mana cakepnya selangit lagi, kok kamu diam aja
sih”, umpat temanku.
Tahu kalau yang datang Yuni, hilang semua rasa capekku, segera aku keluar untuk
menemuinya.
“Hai Yun pa kabar.. sorry nih beberapa hari ini aku sibuk banget”, sapaku.
“Ah.. aku yang sorry nih baru ngelunasi sekarang”, katanya.
“Iya.. iya.. udah selesai udah aku urusin, mendingan sekarang kamu tidur lagi aja”, sahut
temanku sambil ketawa.
“Bagaimana, ada masalah dengan komputernya, kamu udah daftar belum?” tanyaku.
“Nggak ada masalah dengan komputernya, tapi aku belum daftar”, jawabnya.
“Sekarang kamu mau ke mana, aku anterin daftar mau nggak”, ajakku.
Dia mengangguk, kedua temanku cuma bengong melihat aku sudah sangat akrab dengannya.
“Pakai mobilku aja nggak apa-apa Mas”, katanya.
“Sebentar, aku cuci muka dulu ya”, sahutku sambil berjalan ke belakang.
Selesai cuci muka aku titipkan mobilku pada salah seorang temanku.
“Heh.. Doel, mau pergi ke mana kamu?” tanya temanku setelah aku menyerahkan kunci mobilku
padanya.
“Alah.. udah kamu jalan-jalan yang jauh sana pake mobilku, ini urusan orang dewasa, kamu
nggak boleh ikut-ikut”,
kataku sambil mengajak Yuni keluar. nPermisi Mas..” kata Yuni sambil keluar menuju pintu.
“Sekarang kamu mau ke mana?” tanyaku setelah selesai daftar.
“Nggak tahu, terserah Mas aja”, katanya.
“Kakak kamu ada di rumah nggak?” tanyaku.
“Ada, emangnya kenapa?” dia balik bertanya.
“Nggak, aku cuma kangen ama kamu”, kataku sambil tersenyum.
“Aku juga kangen ama Mas.. eh nama Mas siapa sih, aku malah belum tahu nama Mas”, katanya.
“Iya ya.. kita udah sangat akrab tapi kamu belum tahu namaku, namaku Fafa”, jawabku sambil
aku memegang tangan kirinya.
“Kita ke mana nih.. Mas?” tanyanya sambil melambatkan laju mobilnya.
“Kalo misalnya kita nginap boleh nggak sama kakakmu?” kataku agak ragu.
“Ya.. coba aku telpon dulu mungkin boleh asal Mas diam, jangan sampai suara Mas kedengeran
sama kakakku, eh memangnya kita mau nginap di mana sih Mas”, tanyanya sambil menepi dan
menghentikan mobilnya.
“Kita sewa villa saja di Tawang Mangu”, jawabku.Cerita Sex Pembantu
Yuni mengeluarkan HP dari tasnya dan meghubungi kakaknya. Setelah aku tahu kalau kakaknya
mengijinkan, aku sangat senang sekali dan mulai dari jalan itu gantian aku yang pegang
setir karena jalannya sempit dan berliku-liku.
Satu jam kemudian aku sampai di lereng Gunung Lawu tersebut.
“Mas pernah sewa villa di sini ya?” tanya Yuni.
“Belum tuh, mungkin kita bisa tanya di rumah makan itu sambil kita makan, aku udah lapar
nih”, kataku sambil menghentikan mobil ke sebuah rumah makan.
Untungnya pemilik rumah makan tersebut juga menyewakan villa yang jaraknya sekitar 500
meter dari rumah makan tersebut.
Keinginanku untuk bercumbu dengannya mengalahkan ongkos sewa villa yang lumayan tinggi
yaitu 200 ribu per malam. Sebuah rumah mungil dengan dua kamar tidur yang masing-masing
terdapat sebuah kamar mandi. Saat kami masuk ke villa yang berada di tepi sebuah bukit
tersebut, matahari hampir terbenam. Kami memilih satu kamar yang meghadap langsung ke
tebing.
“Aku mandi dulu ya..” kataku sambil melepaskan semua pakaianku dan masuk ke dalam kamar
mandi.
Saat aku membersihkan badanku dengan sabun, kulihat pintu kamar mandi yang memang tidak
kukunci telah terbuka. Kulihat Yuni telah telanjang menyusulku masuk ke dalam kamar mandi.
“Ikutan mandi ya Mas”, katanya sambil mendekatiku. Kulihat tubuhnya yang sintal dan padat
terbalut kulit putih bersih dengan dua buah bukit yang menggantung sangat indah.
Dia mendekatiku dan mengusap wajahku dengan jari-jarinya yang lentik, tampak air telah
membasahi rambutnya. Setelah semua tubuhnya basah oleh air, dia mematikan kran shower.
Selanjutnya dia meraih sabun yang masih kupegang. Aku diam ingin tahu apa yang ingin dia
lakukan, dengan sabun di tangannya dia mulai menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Dari leher,
dada, punggung, perut, batang kemaluan sampai ujung kakiku dia gosok lembut dengan sabun.
Kulihat batang kemaluanku telah tegang, saat Yuni masih menggosok betisku, kutarik
tangannya perlahan agar dia berdiri. Setelah wajahnya berhadapan dengan wajahku, kudekati
bibirnya, kucium dengan hidungku, dan lidahku aku sapukan di kulit bibirnya yang mungil.
Dia hanya terpejam, selanjutnya lidahku mulai kupermainkan di dalam mulutnya, dia membalas
dengan menghisap lidahku.
Aku melepaskan ciumanku, kuraih sabun yang masih di pegangnya. Sekarang gantian aku yang
menggosok seluruh tubuhnya. Mulai dari leher dan ketika sampai pada payudaranya, kuputar-
putarkan sabun di sekitar payudaranya sambil sesekali kuremas dengan lembut. Selanjutnya
usapanku mulai mendekati sekitar liang kewanitaannya, aku sapukan sabun di sekitar paha
bagian dalam dan juga ke rambut kemaluannya yang masih lembut.
Setelah selesai aku meratakan sabun di seluruh tubuhnya, kini kuraih kran shower dan
kuputar perlahan. Dengan guyuran air, kulumat bibirnya dan kemudian ciumanku aku turunkan
di payudaranya. Kuhisap lembut kedua payudaranya secara bergantian, terlihat dia
merapatkan pelukannya sambil mendesis keenakan. Perlahan ciumanku berjalan menuju ke liang
kewanitaannya, kuhisap-hisap liang kewanitaannya sambil lidahku masuk menerobos lubang
yang sangat sempit itu.
Karena aku risih dengan air yang mengalir pada liang kewanitaannya, kuputar kran sehingga
air berhenti mengguyur tubuhnya. Setelah air berhenti mengalir, kulanjutkan mempermainkan
liang kewanitaannya. Kujilati pahanya bagian dalam dan di sekitar liang kewanitaannya.
Kudengar Yuni merintih dan dia naikkan kaki kirinya di atas pundakku. Kini aku dapat
melihat dengan jelas lubang kenikmatannya yang terlihat sangat kecil dengan bibir berwarna
merah hati.
Kemudian kudekatkan mulutku di liang kewanitaannya dan kusapukan lidahku di sekitar
klitorisnya sambil sesekali kuhisap klitorisnya. Kupindah sapuan lidahku dari klitoris
menuju ke liang kewanitaannya, kini pada lubang kemaluannya telah terasa agak asin. Aku
terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang kemaluannya sambil kupermainkan ujung
lidahku ke atas dan ke bawah.
Yuni mulai terangsang hebat, dia menggerak-gerakkan pinggulnya sambil menekannya ke bawah
sehingga lidahku masuk lebih dalam lagi di liang kewanitaannya. Sambil kupermainkan
lidahku, kuhisap cairan bening yang keluar dari liang kewanitaannya. Dia semakin cepat
menggoyangkan pinggulnya sambil tangannya menekan kepalaku, hingga aku hampir tidak dapat
bernafas. Aku tahu kalau dia hampir mencapai orgasme, hingga kutarik lidahku dari liang
kewanitaannya. Aku ingin kami mencapai organsme untuk yang pertama secara bersama-sama.
Saat kutarik lidahku dari liang kewanitaannya, kulihat Yuni terkejut dan sepertinya dia
agak kecewa. “Nanti kita sama-sama saja Yun biar tambah asyik”, kataku sambil tersenyum
dan Yuni hanya tersenyum kecut, sepertinya dia sangat kesal sekali. Kemudian aku berdiri
dan kucium bibirnya, dia hanya diam tidak memberikan respon. Kurasa dia sedikit marah aku
menggagalkan orgasmenya. Kasihan juga aku melihatnya, selanjutnya kubopong dia ke tempat
tidur dan kurebahkan dia telentang, terlihat titik-titik air masih memenuhi tubuhnya yang
sangat indah.
Selanjutnya kucium bibirnya dengan lembut, dan kulanjutkan dengan menyapukan lidahku di
sekitar lehernya sambil kupermainkan payudaranya dengan tangan kananku, sedangkan tanganku
yang kiri mengangkat tangan kanannya. Aku masih ingat ketika aku mencumbu di sekitar
ketiaknya yang mulus itu, dia sangat menikmatinya. Kemudian sapuan lidahku kugeser menuju
payudaranya sebelah kanan, sedangkan payudara sebelah kiri masih kupermainkan dan sesekali
aku meremasnya dengan tangan kananku.
Sambil kuhisap puting susunya, tanganku yang kiri membelai dan mengelus ketiaknya.
Selanjutnya sapuan lidahku kugeser menuju ketiaknya yang sangat putih dan terlihat bersih.
Aku jilati dan sesekali kuhisap ketiaknya, kulihat dia mendesah keras, sepertinya dia
sangat menikmatinya. Tangan kananku kuturunkan menuju pahanya, kuraba pahanya dengan
lembut dan belaianku kulanjutkan ke liang kewanitaannya. Kubelai-belai liang kewanitaannya
dengan lembut sambil sesekali kutusukkan ujung jariku ke dalam liang kewanitaannya, terasa
basah. Yuni semakin mengeliat dan menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Setelah aku tahu dia telah terangsang hebat, kutindih dia dan kulumat lagi bibirnya.
Kupegang kedua tangannya dan aku berusaha menusukkan batang kemaluanku ke dalam liang
kewanitaannya. Yuni meronta sambil merapatkan kedua pahanya sehingga batang kemaluanku
tidak berhasil menembusnya. “Kita main seperti dahulu saja Mas”, bisiknya. Dengan terpaksa
kulepaskan kedua tangannya dan aku mengambil gaya seperti dahulu yaitu gaya 69, tetapi
kali ini aku meminta dia berada di atasku.
Saat dia berada di atasku, kulihat daerah liang kewanitaannya merekah dengan bibir
berwarna merah hati dan lubang kemaluannya berwarna merah muda. Tanpa pikir panjang
kusapukan lidahku ke arah klitorisnya sambil kuhisap dengan pelan. Aku merasakan dia mulai
mengulum batang kemaluanku dengan lembut, saat batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya,
terasa sangat hangat dan nikmat sekali. Aku terus menghisap klitorisnya dan kemudian
sapuan lidahku kugeser ke liang kewanitaannya, kuhisap cairan bening yang keluar dari
liang kewanitaannya. Kusapukan lidahku dari liang senggamanya menuju ke duburnya, terus
kusapukan lidahku maju mundur.
Selanjutnya kumasukkan ujung lidahku pada lubang kemaluannya sambil kupermainkan ujung
lidahku. Yuni menggeliat dan dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan sedikit
tekanan ke bawah. Dia mempercepat kulumannya pada batang kemaluanku, sepertinya Yuni akan
mencapai orgasme. Aku semakin mempercepat gerakan ujung lidahku untuk menari di dalam
liang kewanitaannya.
Beberapa saat kemudian kedua kakinya menegang dan dia menghisap batang kemaluanku dengan
cukup keras, kemudian aku merasakan cairan gurih telah menetes menuju lidahku, aku terus
melanjutkan gerakan lidahku sampai kedua pahanya berhenti menegang. Yuni melepaskan
hisapan batang kemaluanku dan dia terkulai di paha kiriku, sementara lidahku terus menyapu
bagian dalam liang kewanitaannya hingga cairan yang keluar dari liang kewanitaannya habis.
Beberapa saat kemudian aku bangun dan duduk bersandar pada papan tempat tidur. Saat itu
kulihat Yuni kelelahan dengan posisi tidur tengkurap dan titik-titik air yang tadinya ada
pada tubuh Yuni kini berganti dengan titik-titik keringat sehingga terlihat pada pantatnya
yang putih dan kencang. Kemudian Yuni duduk di sampingku sambil tersenyum dan tangan
kirinya mengusap batang kemaluanku yang telah berdiri tegak. Selanjutnya dia mencium
bibirku dan dilanjutkan dengan mencium leherku sambil tangan kirinya terus mempermainkan
batang kemaluanku.
Setelah selesai mencium leherku, kemudian mulutnya mulai mendekati batang kemaluanku dan
dia memulai sapuan lidahnya pada prostat-ku, kemudian secara sangat perlahan dia naikkan
menuju ujung batang kemaluanku, agak geli tetapi sungguh sangat nikmat sekali. Gerakan itu
dia lakukan berulang-ulang hingga sekitar lima menit.
Selanjutnya dia mulai dengan mengulum ujung batang kemaluanku dan melepaskannya untuk
menyapukan lidahnya di sekitar kulit batang kemaluanku. Gerakan itu juga dia lakukan
berulang-ulang hingga beberapa menit kemudian kutekan kepalanya agar batang kemaluanku
dapat masuk lebih dalam lagi ke dalam mulutnya, kemudian kuangkat dan kubenamkan lagi
sampai pada akhirnya ujung batang kemaluanku mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Tanpa kusuruh, dia masih terus mengulum batang kemaluanku dan menggerakkan mulutnya ke
atas dan ke bawah, hingga kulihat spermaku menetes menuju prostat-ku, mungkin dengan
gerakan seperti itu Yuni tidak dapat menghisap spermaku. Setelah sperma yang keluar telah
banyak, dia melepaskan kulumannya dan dia sapukan lidahnya untuk membersihkan spermaku
yang tercecer di sekitar prostat-ku dan ada juga yang mengalir ke anus. Yuni terus
mencari-cari ceceran spermaku dengan lidahnya dan kemudian dia telan.Cerita Sex Pembantu
Setelah selesai dia membersihkan spermaku yang tercecer, dia melanjutkan dengan mengulum
batang kemaluanku yang masih setengah tegang. Aku biarkan dia terus mengulum batang
kemaluanku meskipun batang kemaluanku telah lunglai. Kulihat kepalanya disandarkan pada
perutku sambil mulutnya terus mengulum batang kemaluankku, aku tetap mendiamkannya sampai
akhirnya aku tahu dia telah tertidur dengan mulutnya masih mengulum batang kemaluanku.
Karena aku capek duduk, perlahan kulepaskan batang kemaluanku dari mulutnya, dia
menggeliat tetapi matanya masih tertutup, sepertinya dia sangat capek sekali. Aku pindah
tidurnya ke tengah tempat tidur, kurubah posisi tidurnya dari tengkurap menjadi telentang.
Karena aku juga sangat capek, akhirnya aku juga tertidur di sisinya sambil memeluknya.
Beberapa jam kemudian aku merasakan kerongkonganku sangat kering, aku terbangun dan
langsung menuju ke dispenser yang berada di sudut ruangan. Setelah aku meminum beberapa
teguk air dingin, aku kembali menuju tempat tidur. Saat aku akan kembali ke tempat tidur,
aku melihat tubuh Yuni yang telanjang tidur dengan telentang. Dengan rambut yang sedikit
acak-acakan, wajahnya yang sangat manis masih terlelap tidur. Aku terus memandangi
tubuhnya yang indah, payudaranya yang tidak terlalu besar tetapi terlihat sangat kencang
dengan puting susu yang berwarna coklat muda sangat enak dipandang.
Perut dan pinggulnya yang terlihat sangat serasi dibalut kulit putih mulus sangat indah.
Kaki kanannya lurus sedangkan kaki kirinya ditekuk sehingga liang kewanitaannya yang
ditutupi bulu-bulu halus terlihat dengan jelas. Sungguh suatu pemandangan yang
menakjubkan, begitu sempurna tubuhnya. Aku tak bosan-bosan memandang tubuhnya, hampir 15
menit aku terpana memandang tubuhnya. Tanpa terasa adik kecilku mulai bergerak, dia mulai
bangun dan ingin dibelai.
Kudekati Yuni yang masih terlelap, kusapukan lidahku pada bibirnya yang mungil dengan
sangat perlahan. Yuni membuka matanya yang masih memerah,
“Ah.. kenapa Mas, aku capek sekali, besok pagi aja Mas”, kata Yuni pelan.
“Maaf Yun kalo aku ganggu kamu, kamu tidur lagi aja, aku bisa sendiri kok tapi boleh kan
aku sentuh kamu?” kataku.
Kulihat Yuni mengangguk sambil tersenyum kecil, dia membuka lebar kedua pahanya hingga
liang kewanitaannya tampak lebih jelas terlihat.
Begitu melihat liang kewanitaannya yang merekah, aku langsung menyapukan ujung lidahku
pada klitorisnya dan kulanjutkan pada liang kewanitaannya. Yuni sama sekali tidak
bereaksi, tampaknya dia sangat capek hingga tertidur lagi. Aku terus mempermainkan liang
kewanitaannya dengan lidahku.
Sepuluh menit kemudian aku bangun dan kucium bibirnya, Yuni menarik nafas panjang.
Kupegang kedua tangannya dengan kedua tanganku dengan posisi tangan di atas kepala,
selanjutnya aku langsung menindih tubuh Yuni dan karena kedua pahanya masih terbuka lebar,
aku merhasil menyelipkan pinggulku di antara kedua pahanya. Saat itu kulihat Yuni terkejut
dan membuka kedua matanya.
“Mas.. Mas mau apa..?” katanya sedikit keras namun tertahan.
Aku tidak memperdulikannya, aku berusaha mencium bibirnya tetapi dia meronta, sehingga
ciumanku kutujukan ke lehernya yang putih. Dia semakin meronta, dan tanganku semakin erat
memegang kedua tangannya. Yuni terus meronta dengan mengerak-gerakkan pingulnya ke kanan
dan ke kiri, tetapi percuma, aku jauh lebih kuat darinya.
Tapi dia terus meronta sampai akhirnya dia pasrah, begitu gerakannya melemah aku berusaha
memasukkan batang kemaluanku pada liang kewanitaannya, cukup sulit aku memasukkan batang
kemaluanku pada liang kewanitaannya, sampai sekitar 5 menit kemudian aku berhasil
menemukan lubang kenikmatannya.
Kumasukkan batang kemaluanku secara perlahan, saat aku memasukkan batang kemaluanku ke
dalam liang kewanitaannya dia meronta lagi dengan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke
kiri, tetapi ujung batang kemaluanku telah masuk cukup dalam ke dalam liang kewanitaannya
hingga aku merasakan batang kemaluanku telah menembus sesuatu yang sangat kecil. Aku terus
memasukkan batang kemaluanku lebih dalam lagi sampai semua batang kemaluanku tenggelam.
Saat itu aku melihat Yuni memejamkan mata dan dia menggigit bibirnya yang bawah dengan
giginya yang tampak putih berjajar rapi. Aku terus menggerakkan batang kemaluanku maju
mundur keluar masuk liang kewanitaannya, sedangkan mulutku menghisap payudaranya
bergantian. Aku merasakan seluruh batang kemaluanku seperti ditekan-tekan tetapi rasanya
sangat hangat.
Sekitar 10 menit aku memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya, sampai
akhirnya kukeluarkan sperma yang sejak dari tadi kutahan. Kulihat spermaku keluar dari
liang kewanitaannya tetapi warnanya telah bercampur dengan bercak-bercak darah, tidak
terlalu banyak memang darah yang keluar, lain dengan Novi (pacarku red) yang saat itu
sangat banyak darahnya.
Setelah itu aku lunglai di atas tubuh Yuni yang telah diam tidak bergerak dengan kepalaku
berada di sisi kepalanya. Beberapa menit kemudian aku merasakan setitik air membasahi
telingaku, aku terbangun dan kulihat setitik air keluar dari sisi kedua matanya yang masih
terpejam.
Saat itu baru aku sadar jika Yuni telah menangis, ya Tuhan.. Yuni menangis dengan
menggigit bibirnya. Saat itu aku langsung merengkuh dan merangkul tubuhnya dengan erat,
beberapa kali aku ucapkan kata maaf.
“Kenapa.. kenapa kamu melakukan ini..?” Yuni berkata sambil menangis. Aku terus merangkul
tubuhnya yang masih telanjang dengan erat sambil aku terus memohon maaf, tapi Yuni tidak
memperdulikannya dia terus menagis dan berusaha melepaskan pelukanku.
Setelah aku melepaskan pelukanku, dia langsung tidur dengan tengkurap tetapi masih
sesekali kudengar isakan tangisnya. Kudekati dia dan kubelai rambutnya,
“Maaf Yun, aku lepas kontrol, sungguh aku tidak menduga kamu begitu terpukul dengan apa
yang sudah aku lakukan.
Kamu boleh memaki aku, kamu boleh memukul aku, tapi aku mohon kamu jangan menagis, aku
sayang kamu, aku akan bertanggung jawab jika kamu menginginkannya, apa saja yang kamu
inginkan aku akan penuhi, tapi tolong kamu mau maafin aku” Tak terasa air mataku juga
telah mengalir saat aku mengucapkan kalimat itu. Aku merasa sangat menyesal telah
melakukan hal itu kepada Yuni.
Beberapa saat setelah aku mengucapkan kalimat itu, kepala Yuni menoleh ke arahku.
“Baik Mas, aku akan meminta satu permintaan untuk kamu, tapi tolong untuk saat ini kamu
jangan ganggu aku, aku ingin tidur, aku akan katakan permintaanku besok jika kita udah
pulang”, dia berkata dengan suara serak dan sedikit berat. Aku hanya mengangguk dan aku
tidak mendengar lagi isakan tangisnya.
Malam itu aku sama sekali tidak dapat tidur, kupandangi tubuh Yuni yang tengkurap dan
terlihat sedang tidur. Aku tidak berani menyentuhnya, saat kuperhatikan pada pantatnya
terlihat bercak darah bercampur dengan spermaku. Aku beranikan diri untuk membersihkannya
dengan sapu tanganku yang telah terlebih dahulu kubasahi dengan air hangat yang kuambil
dari dispenser. Dengan sangat perlahan aku membersihkan pantat dan pahanya dari spermaku,
kulihat Yuni masih tertidur.
Tetapi tiba-tiba dia menggerakkan tubuhnya dan dia berganti posisi untuk telentang, untung
dia masih tertidur. Selanjutnya aku kembali membersihkan spermaku yang membasahi rambut
dan liang kewanitaannya juga dengan sangat hati-hati agar Yuni tidak terbangun, tetapi
tanpa kusadari Yuni telah membuka matanya dan dia memandangiku dan memperhatikan apa yang
sedang kuperbuat. Aku langsung menghentikan tanganku yang masih membersihkan rambut di
liang kewanitaannya.
“Kamu nggak perlu melakukan itu Mas, udahlah aku juga salah kok, aku maafin kamu” Yuni
berkata sambil menatap wajahku yang sejak tadi menunduk.
Saat aku mendengar kalimat itu rasanya telah hilang semua perasaanku yang sejak tadi
kutahan.
“Terima kasih Yun, terima kasih kamu udah mau maafin aku”, kataku terpatah-patah.
“Sudahlah, sekarang Mas tidur saja, besok Mas harus setir mobil, pinggangku sakit sekali”,
Yuni berkata sambil menarik lenganku.
Beberapa jam kemudian aku terbangun, kulihat Yuni masih tertidur. Dengan hati-hati aku
bangun dan kukecup keningnya dan aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai
mandi kuambil pakaianku yang kulepas di sisi tempat tidur. Saat aku akan mengambil
pakaianku, kulihat Yuni terbangun dan dengan susah payah dia bangkit. Aku langsung
menghampirinya dan kubantu dia untuk berdiri.
“Kamu mau mandi Yun, ayo aku antar”, kataku.
“Iya.. tapi aduh.. pinggangku sakit sekali Mas..” katanya.
“Kalau begitu aku mandiin ya.. aku janji nggak akan ngapa-ngapain kamu lagi”, kataku.
Dia mengangguk, kemudian kubopong dia menuju kamar mandi dan kududukkan di atas kloset
duduk lalu kubersihkan seluruh tubuhnya. Karena saat itu aku belum berpakaian, maka aku
juga ikut mandi lagi.
Setelah kami pulang, dalam perjalanan aku bertanya tentang permintaannya yang dikatakannya
tadi malam. Seperti disambar petir rasanya saat dia berkata “Aku punya satu permintaan
yang sebenarnya untukku juga sangat berat, tetapi itu harus kamu lakukan karena itu
janjimu kemarin. Aku minta Mas tidak lagi menghubungi aku lagi, aku nggak bisa ngasih
alasan dan tolong jangan tanya mengapa, itulah permintaanku”. Aku hanya bengong tidak
dapat berkata apa-apa.

Baca Juga Cerita Seks Tengelam Dalam Nafsu

Kuantarkan dia sampai ujung gang, karena itu permintaannya dan setelah Vitara putih itu
masuk ke dalam gang, aku kembali menuju jalan besar dan pulang naik taksi. Empat hari
kemudian kuberanikan diri untuk menghubunginya, siapa tahu dia berubah pikiran. Saat aku
hubungi melalui HP-nya, tidak pernah aktif dan kucoba menghubungi rumahnya ternyata yang
menerima kakaknya dan mengatakan kalau Yuni pulang ke Surabaya dan katanya tidak mau
diganggu oleh siapapun.
Sepuluh hari kemudian aku mendapat email dan mengatakan kalau saat itu ia berada di
Melbourne dan akan kuliah di sana. Selain itu dia juga menceritakan panjang lebar tentang
alasannya tidak mau bertemu aku lagi. Akhirnya kusadari dan kumaklumi alasannya. Dalam
hati aku sering berpikir, seandainya aku tidak memperkosanya, aku pasti masih sering
bercumbu dengannya. Sampai jumpa Yuni.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex Pembantu.