Tante Melly Dan Berondong

Cerita Sex Pembantu | Setelah semua pekerjaan rumah selesai aku kerjakan, sejenak aku duduk diruang keluarga
untuk beristirahat. Namun tak lama aku merasa ngantuk, dan aku langsung masuk kamarku
untuk tidur. Namun setelah didalam kamar pikiranku melayang-layang sampai kemana-mana dan
akhirnya aku pun tidak bisa tidur. Aku pun menggulingkan badanku kekanan dan kekiri
bingung mau ngapain lagi.

Cerita Sex Pembantu Tante Melly Dan Berondong

Maklum suami bekerja di kantornya pulang paling awal jam tiga sore, sedang anakku yang
pertama kuliah di sebuah Universitas di Bandung. Anakku yang yang kedua tadi pagi minta
ijin untuk pulang sore karena ada acara extrakurikuler di sekolahnya. Sebagai seorang
istri pegawai yang mapan aku diusia yang 40 tahun mempunyai kesempatan untuk merawat
tubuh. Teman-temanku sering memuji kecantikan dan kesintalan tubuhku. Namun yang sering
membuatku risih adalah tatapan para lelaki yang seolah menelanjangi diriku. Bahkan temen-
teman anakku sering berlama-lama bermain di rumahku. Aku tahu seringkali mata mereka
mencuri pandang kepadaku.
Rumahku terletak di pinggiran kota M, kawasan yang kami huni belum terlalu padat. Halaman
rumahku memang luas terutama bagian depan sedang untuk bagian samping ada halaman namun
banyak ditumbuhi pepohanan rindang. Kami membuat teras juga disamping rumah kami. Sedang
kamar tidurku dan suamiku mempunyai jendela yang berhadapan langsung dengan halaman
samping rumah kami.

Belum sempat memejamkan mata aku terdengar suara berisik dari halaman samping rumahku. Aku
bangkit dan melihat keluar. Kulihat dua anak SMP yang sekolah didekat rumahku. Mereka
kelihatan sedang berusaha untuk memetik mangga yang memang berbuah lebat. Tentu saja kau
sebagai pemilik rumah tidak senang perilaku anak-anak tersebut. Bergegas aku keluar rumah.

Seraya berkacak pinggang aku berkata pada mereka, “Dik, jangan dipetik dulu nanti kalau
sudah masak pasti Ibu kasih”.

Tentu saja mereka berdua ketakutan. Kulihat mereka menundukkan wajahnya. Aku yang tadi
hendak marah akhirnya merasa iba.

“Nggak apa-apa Dik, Ibu hanya minta jangan dipetik kan masih belum masak nanti kalau sakit
perut bagaimana” aku mencoba menghibur.

Sedikit mereka berani mengangkat wajah. Dari dandanan dan penampilan mereka kelihatan
bahwa mereka anak orang mampu. Melihat wajah mereka mereka yang iba akhirnya aku mengajak
mereka ke dalam rumah. Aku tanya kenapa pada jam-jam belajar mereka kok ada diluar sekolah
ternyata pelajaran sudah habis guru-guru ada rapat. Setelah tahu begitu aku minta mereka
tinggal sebentar karena mungkin mereka belum dijemput. Iseng-iseng aku juga ada teman
untuk ngobrol. Benar dugaanku mereka adalah anak-anak orang kaya, keduanya walaupun masih
kecil namun aku dapat melihat garis-garis ketampanan mereka yang baru muncul ditambah
dengan kulit mereka yang putih bersih. Yang satu bernama Indra yang satunya lagi bernama
Arif.

Ketika ngobrol aku tahu mata-mata mereka sering mencuri pandang ke bagian dadaku, aku baru
sadar bahwa kancing dasterku belum sempat aku kancingkan., sehingga buah dadaku bagian
atas terlihat jelas. Aku berpikir laki-laki itu sama saja dari yang muda sampai yang tua.
Semula aku tidak suka dengan perilaku mereka namun akhirnya ada perasaan lain sehingga aku
biarkan mata mereka menikmati keindahan payudaraku. Aku menjadi menikmati tingkah laku
mereka kepada diriku.

Bahkan aku mempunyai pikiran yang lebih gila lagi untuk menggoda mereka, aku sengaja
membuka beberapa kancing dasterku dengan alasan hari itu sangat panas. Tentu saja hal ini
membuat mereka semakin salah tingkah. Sekarang mereka bisa melihat dengan leluasa.

“Hayoo.. pada ngliatin apa!”, Aku pura-pura mengagetkan mereka.
Tentu saja ini sangat membuat mereka menjadi sangat salah tingkah.
“Ti.. dak.. kok.. Bu Melly” Indra membela diri.
“I.. itu acara TV bagus Bu Melly” Arif menambahkan.

“Nggak apa-apa Ibu tahu kalian melihat tetek Ibu to.. ngaku aja” aku mencoba mendesak
mereka.
“E.. Anu Bu Melly” Arif nampak akan mengatakan sesuatu, namun belum lagi selesai kalimat
yang diucapkannya aku kembali menimpali, “Mama kalian kan juga punya to, dulu kalian kan
netek dari Mama kalian”Cerita Sex Pembantu

“I.. ya Bu Melly” Indra menjawab.
“Tapi sekarang kami kan sudah nggak netek lagi, lagian punya Mama lain ama punya Bu Melly”
Arif nampaknya sudah mampu menguasai keadaannya.
“Lain bagaimana?” Aku menanyakan.
“Punya Mama nggak sebesar punya Bu Melly” Indra menyahut.
Kata-kata tersebut membuat aku berpikiran lebih gila lagi. Gairahku yang semakin meninggi
sudah mengalahkan norma-norma yang ada, aku sudah kehilangan kendali bahwa yang ada di
depanku adalah anak-anak polos yang masih bersih pikirannya. Aku menarik kursi kehadapan
mereka.

“Indra, Arif kalian mungkin sekarang sudah nggak netek lagi karena kalian sudah besar
kalian boleh kok..” aku berkata.
Tentu saja kata-kataku ini membuat mereka penasaran.
“Boleh ngapain Bu Melly” sergah Indra.
“Boleh netek sama Ibu, kalian mau nggak..?” tanyaku walau sebenarnya aku sangat sudah tau
jawaban mereka.
“E.. ma.. u” jawab Arif.
“Mau sekali dong” Indra menyahut.

Jawaban mereka membuat aku semakin bergairah. Aku berpikiran hari ini aku akan mendapatkan
sensasi dari pria-pria muda ini. Aku duduk dihadapan mereka kemudian dengan agak tergesa
aku melepaskan daster bagian atasku sehingga kini bagian atas tubuhku hanya tertutupi BH
warna krem. Sepertinya mereka sudah tidak sabaran lagi terlihat dari tangan-tangan mereka
yang mulai menggerayangi susuku. Aku menjadi geli melihat tingkah mereka.

“Sabar sayang.. Ibu lepas dulu Branya” sambil tersenyum aku berkata.

Setelah aku melepas kutang, tumpahlah isinya, sekarang buah dadaku terbuka bebas. Mata
mereka semakin melotot memandangi payudaraku. Tampaknya mereka bingung apa yang harus
mereka lakukan.

“Ayo dimulai kok malah bengong” aku menyadarkan mereka.

Mereka bangkit dari duduknya. Tangan mereka kelihatan berebut untuk meremas.

“Jangan rebutan dong.. ah.. Indra yang kiri.. e yang kanan” perintahku.

Birahiku semakin meninggi, sementara Indra sudah mulai mendekatkan bibirnya ke putingku
Arif masih membelai sambil dipilin-pilin putingku. Arif mulai mengisap-isap putingku. Oh
betapa seakan perasaanku melayang ke awan, apalagi ketika mereka berdua mengisap secara
bersamaan nafasku menjadi tersengal. Tanganku membelai kadang agak sedikit menjambak
sambil menekan kepala mereka agar lebih dalam lagi menikmati buah dadaku.

Mereka semakin menikmati mainan mereka aku semakin terhanyut, aku ingin lebih dari hanya
ini. Aku semakin lupa. Ketika baru nikmat-nikmatnya tiba-tiba Arif melepaskan isapannya
sambil berkata, “Bu Melly kok nggak keluar air susunya?”.

Aku kaget harus menjawab apa akhirnya kau menjawab sekenanya, “Arif mau nggak, kalo nggak
mau biar Indra saja.. mau nggak?”

“Mau..” Arif langsung menyahut.

Indra tidak menggubris dia semakin lahap menikmati buah dadaku. Akhirnya aku ingin lebih
dari sekedar itu.

“Ndraa.. Arif.. ber.. henti dulu..” aku meminta.
“Ada apa Bu Melly?” Indra bertanya.
“Kita ke kamar saja yuk.. disini posisinya nggak enak” jawabku.

Kemudian aku berdiri tentu saja daster yang aku pakai merosot kebawah. Mata mereka menatap
tubuhku yang sintal dengan penuh nafsu.

“Ayo..” aku mengajak.

Aku berjalan ke kamarku hanya menggunakan celana dalam yang berwarna hitam yang kontras
dengan kulitku yang putih. Seperti kerbau dicocok hidungnya mereka mengikuti diriku.
Sampai di dalam kamar aku duduk di sisi ranjang.

“Indra.. Arif.. sayang lepas saja seragam kalian” pintaku.
“Tapi Bu Melly” Arif masih agak ragu.
“Sudahlah turuti saja” aku menyahut.

Dengan malu-malu mereka mulai melepas baju dan celana seragam mereka. Tampaklah kontol-
kontol dari pria-pria muda itu sudah ngaceng. Rambut kemaluan mereka tampak belum tumbuh
lebat, sedang batang kemaluannya belum tumbuh benar masih agak kecil. Namun melihat
pemandangan ini libidoku semakin naik tinggi.

“Bu Melly curang..” Arif berkata.
“Kok curang bagaimana?” aku bertanya.
“Bu Melly nggak melepas celana Ibu!” Arif menjawab.
Gila anak ini, aku tersenyum kemudian bangkit dari dudukku. Celana dalamku kemudian aku
lepaskan. Sekarang kami bertiga telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Tatapan mereka
tertuju pada benda yang ada dibawah pusarku. Bulu yang lebat dan hitam yang tumbuh menarik
perhatian mereka. Aku duduk kembali dan agak meringsut ke rangjang lalu menaikkan kakiku
dan mengangkangkannya. Memekku terbuka lebar dan tentu saja terlihat isi-isinya. Mereka
mendekat dan melihat memekku.

“Ini namanya memek, lain dengan punya kalian” aku menerangkan.
“Kalian lahir dari sini” aku melanjutkan.
Tangan mereka mengelus-elus bibir kemaluanku. Sentuhan ini nikmat sekali.
“Ini kok ada lobang lagi” Indra bertanya.
“Lho ini kan lobang buat beol” aku agak geli sambil menerangkan.Cerita Sex Pembantu

Jari Indra masuk ke lobang vaginaku dan bermain-main di dalamnya. Cairan-cairan tampak
semakin membanjiri liang vaginaku. Sementara jari Arif kelihatannya lebih tertarik lubang
duburku. Jari Arif yang semula mengelus-elus lobang dubur kemudian nampaknya mulai berani
memasukkan ke lobang duburku. Aku biarkan kenikmatan ini berlangsung.

“Ouw.. a.. duh.. e.. nak.. sekali.. nik.. mat.. sa.. yang.. terr.. us” aku merintih.

Pria-pria muda ini agak lama aku biarkan mengobok-obok lobang-lobangku. Sungguh pria-pria
muda ini memberiku kenikmatan yang hebat. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku tanpa
bisa berkata-kata hanya rintihan dan nafas yang tersengal-sengal.

Akhirnya aku mendorong mereka aku bangkit dan menghampiri mereka yang berdiri di tepi
ranjang. Aku berjongkok dihadapan mereka sambil kedua tanganku memegang diiringi dengan
remasan-remasan kecil pada penis mereka. Aku mendekatkan wajahku pada penis Indra aku
kulum dan jilati kepala penis muda nan jantan ini. Tampak kedua lutut Indra tergetar. Aku
masukkan seluruh batang penis itu kedalam mulutku dan aku membuat gerakan maju mundur.
Tangan Indra mencengkeram erat kepalaku. Sementara tanganku yang satu mengocok-kocok
kontol Arif.

“Bu Melly.. say.. ya.. ma.. u.. ken.. cing..” Indra merintih.

Tampaknya anak ini akan orgame aku nggak kan membiarkan hal ini terjadi karena aku masih
ingin permainan ini berlanjut.

Kemudian aku beralih pada penis Arif. Tampak penis ini agak lebih besar dari kepunyaan
Indra. Aku mulai jilati dari pangkal sampai pada ujungnya, lidahku menari di kepala penis
Arif. Aku tusuk-tusuk kecil lobang perkencingan Arif kemudian aku masukkan seluruh batang
penis Arif. Jambakan rambut Arif kencang sekali ketika aku semakin mempercepat kulumanku.

“Wouw.. a.. ku.. ju.. ga.. mo.. ken.. cing.. nih” Arif merintih.

Aku hentikan kulumanku kemudian aku bangkit dan naik ke atas ranjang lalu aku kangkangkan
kakiku lebar-lebar sehingga memekku terbuka lebar.

“Siapa duluan sayang, itu tititnya dimasukkan ke sini” aku berkata sambil tanganku
menunjuk ke lobang vaginaku yang nampak sudah basah kuyup.

Mereka berpandangan, tampaknya membuat persetujuan. Dan akhirnya Indra duluan yang akan
menusukku. Indra naik ke atas ranjang dan mengangkangiku tampak penis yang tegang
mengkilat siap menusuk lobang wanita yang pantas menjadi neneknya. Aku tuntun penis Indra
masuk ke lobang kenikmatanku. Aku tuntun pria muda ini melepas keperjakaannya, memasuki
kenikmatan dengan penuh kasih. Dan bless.. batang zakar Indra amblas ke dalam vaginaku.

“Ah..” aku mendesis seperti orang kepedasan
“Masukkan.. le.. bih.. da.. lam lagi.. dan genjot.. say.. ang” aku memberi perintah.
“Iya.. Bu Melly.. e.. naak.. se.. kali” Indra berkata.

Aku hanya bisa tersenyum sambil menggigit bibir bagian bawahku. Tampaknya Indra cepat
memahami perkataanku dia memompa waMelly tua yang ada dibawahnya dengan seksama.
Genjotannya semakin lama semakin cepat. Arif yang menunggu giliran hanya tertegun dengan
permainan kami. Genjotan Indra kian cepat aku imbangi dengan goyanganku. Dan tampaknya hal
ini membuat Indra tidak kuat lagi menahan sperma yang akan keluar.

Dan akhirnya “Sa.. ya.. mo.. ken.. cing.. la.. gi.. Tak.. ta.. han.. la.. gi..” Indra
setengah berteriak.
Kakiku aku lipat menahan pantat Indra. Indra merangkul erat tubuhku dan.. cret.. cret..
ser.. cairan hangat membajiri liang kewaMellyanku. Indra terkulai lemas diatas tubuhku,
butiran-butiran keringat keluar dari sekujur tubuhnya.

“Enak.. se.. ka.. li Bu Melly” Indra berkata.
“Iya.. tapi sekarang gantian Arif dong sayang” aku berkata.

Indra mencabut penisnya yang sudah agak mengempis dan terkapar lemas disampingku.

“Arif sekarang giliranmu sayang” aku berkata kepada Arif .
“Kamu tusuk Ibu dari belakang ya..”aku memberi perintah.

Kemudian aku mengambil posisi menungging sehingga memekku pada posisi yang menantang. Arif
naik ke atas ranjang dan bersiap menusuk dar belakang. Dan bless.. penis pria muda yang
kedua memasuki lobang kenikmatanku yang seharusnya belum boleh dia rasakan seiring dengan
melayangnya keperjakaan dia.

Baca Juga Cerita Seks Tengelam Dalam Nafsu

Tampaknya Arif sudah agak bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar dari dia melihat
permainan Indra. Arif menggerakkan maju mundur pantatnya. Aku sambut dengan goyangan
erotisku. Semakin lama gerakan Arif tidak teratur semakin cepat dan tampaknya puncak
kenikmatan akan segera diraih oleh anak ini. Dan akhirnya dengan memeluk erat tubuhku dari
belakang sambil meremas susuku Arif mengeluarkan spermanya.. cret.. cret.. lubang vaginaku
terasa hangat setelah diisi sperma dua anak manis ini. Arif terkapar disampingku. Dua anak
mengapitku terkapar lemas setelah memasuki dunia kenikmatan.

Aku bangkit dan berjalan ke dapur tanpa berpakaian untuk membuatkan susu biar tenaga
mereka pulih. Setelah berpakaian dan minum susu mereka minta ijin untuk pulang.

“Indra, Arif kalian boleh pulang dan jangan cerita kepada siapa-siapa tentang semua ini,
kalian boleh minta lagi kapan saja asal waktu dan tempat memungkinkan” aku berkata
kemudian mencium bibir kedua anak itu.

Dan sampai saat ini mereka telah kuliah, aku masih sering kencan dengan mereka. Aku
semakin sayang dengan mereka.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex Pembantu.