Toilet Kampus

Cerita Sex Pembantu | Setelah kelulusanku dari SMA, aku melanjutkan kesebuah universitas ternama dijakarta.
Sebagai mahasiswa baru, aku tidak mempunyai banyak teman yang aku kenal. Perkenalkan
namaku Riko, umurku saat ini 22 tahun dan aku mempunyai ciri fisik yang snagat menarik
bagi kaum perempuan dengan tinggiku 172cm dan juga berat badan 60kg membuat tubuhku
terlihat sixpack. Hingga banyak kaum perempuan yabg menyukaiku.

Cerita Sex Pembantu Toilet Kampus
Hari pertama kuliah memang membosankan karena belum kenal teman-teman. Tetapi, dengan
jarak satu baris, ada mahasiswi duduk tiba-tiba, dia terlambat sekitar 15menit. Kemudian
agak kulirik hati-hati bagaimana rupanya. Memang sih tidak terlalu cantik tetapi manis.
Ditambah kulit coklatnya, rambutnya agak ikal, panjangnya setengah leher, belah tengah.
Sejenak otak terpenuhi pikiran-pikiran kotor. Bajunya abu-abu dengan lengan biru dan agak
ketat, jadi buah dadanya terlihat mancung. Perkiraanku sekitar 36B ukurannya.
Sekitar seminggu berlalu, tetapi aku belum juga kenal dengan cewek itu. Seminggu kemudian,
saat aku sedang ngobrol dengan beberapa temanku (yang kenal dengan cewek itu), tiba-tiba
dia menghampiri kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya dia
duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?” katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih kayaknya.. bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Riko.”
Dia juga ngejawab, “Metti”
Akhirnya kami berkenalan juga.

Setelah aku merasa akrab dengannya, pikiranku mulai kembali pada pikiran-pikiran kotorku
lagi. Bahkan lebih parah, ingin bersetubuh dengan Metti. Setiap kali kulihat dada
seksinya, penisku mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di belakangnya,
Metti seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat rambutnya dan menaikkan
rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang sexy, yang mungkin terlalu enak
untuk dicium dan dikulum. Nafsuku yang sudah meledak suka ingin membuatku melepaskan
celana dan onani di depan wajahnya. Aku juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani di
kamar atau di kamar mandi. Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat batas, aku sering onani
dengan bahan hanya menggunakan daya khayalku saja.
Yang membuatku bertambah nafsu, Metti gampang sekali dirangkul atau dipeluk cowok. Kupakai
kesempatan ini dengan memeluk bagian pinggangnya, apalagi Metti malah menanggapinya dan
membalasnya. Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan memakai rok
panjang semata kaki. Begitu kulihat Metti, wuaih.. anggun sekali! Apalagi dengan tambahan
belahan roknya yang hampir sedengkul. Ketika kebetulan dia duduk, kulihat pahanya yang
ternyata tidak sehitam kulit bagian lainnya, melainkan lebih coklat muda, hampir putih.
Penisku kembali terangsang. Sesampainya di rumah, aku melakukan onani lagi.
Lalu, inilah saat-saat yang mengejutkan. Setelah midtest semester dua, salah seorang
temanku ingin main ke rumahku yang juga mengajak beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan
orangtuaku sedang tidak ada di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas
memburu adalah Metti ikut juga ke rumahku. Hari itu Metti memakai kemeja yang agak
memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja dan berusaha menutupi
nafsu birahiku. Tidak lama Metti ingin ke kamar mandi. Karena rumahku bertingkat, dan
kamar mandi atas lagi rusak airnya tidak jalan, kuantarkan Metti ke kamar mandi bawah
(sementara teman-teman lainnya di atas main Play Station) sambil mencoba menstabilkan
nafas yang memburu melambangkan orang penasaran.Cerita Sex Pembantu
Sejenak aku berpikir, “Terlalu nekat nih.. tapi, kapan lagi..?”

Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diriku. Aku pura-pura menjelaskan bagian-bagian
kamar mandiku kepada Metti.

“Yan, ini showernya, ati-ati lho nyemprotnya kencang, trus WC-nya.. udah bisa kan..?”
Tidak lama kemudian kulakukan niat gilaku.
“Emm.. Yan..!” aku bertanya agak gemetaran sambil melihat tangga.
Metti menjawab, “Apaan sih..? Ada apa..?”
“Ehmm.. Gue.. boleh..,” Metti langsung memotong, “Apaan sih..! Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Metti agak tertegun, “Hah..! Ee.. emm..”

Entah adrenalin dari mana yang datang, tiba-tiba kupegang pinggang kanannya sambil menarik
Metti ke pelukanku. Metti terlihat tidak berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja
kucium perlahan bibir seksinya itu.
Awalnya bibir Metti hanya diam saja, terkadang agak membuka lebar. Namun setelah agak
lama, Metti mulai memejamkan matanya dan langsung melingkari kedua tangannya di leherku,
lalu membalas ciumanku ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Metti juga mengulum
lidahku dan agak digigit.

Aku mendengar desahan Metti, “Ehmm.. eehh.. mm..” mungkin karena menikmati kulumannya.
Lalu Metti yang mulai agresif, mendorongku ke tembok sambil membuka bajuku. Terpikir
olehku, seperti di film saja. Setelah bajuku lepas, Metti melemparkannya ke lantai dan
menjilati dadaku, lalu turun menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan,
tetapi justru menambah kencangnya ereksi penisku. Lalu kubalas lagi melucuti kemejanya.
Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.
Sambil meneruskan ciuman mautku, kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-nya ke lantai dan
mulai menghisapi buah dada Metti.

“Aghh.. ahhgghh.., Di.. aahh..!” Metti terlihat berkeringat dan mengeluarkan desahan.

Beruntung pintu kamar mandi sudah kututup rapat. Puting Metti kubasahi dengan ludah dan
kujilati kembali. Metti juga sesekali menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku.
Setelah lama bermain pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana
dalamku. Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi penisku yang sudah berdiri
tegang dan agak berurat. Metti tidak mulai memasukkan penisku ke mulutnya, tapi malah
memainkannya dengan sedikit kocokan. Serentak dengan masuknya penisku ke mulut Metti, aku
merasakan ada semacam getaran listrik di daerah pinggul dan selangkangan.
“Eghh.. Yan.. ehhgghh..!” aku juga mendesah karena enaknya hisapan Metti.Cerita Sex Pembantu

Sesekali Metti juga meludahi ujung penisku dan menjilati pinggirnya. Akhirnya, kuajak
Metti untuk melakukan persenggamaan.

“Ehh.. Yan.. gue masukkin yahh.. hh..!” sambil nafasku naik-turun.

Tanpa banyak bicara kecuali sedikit desahan, “Eughh.. ehh..” Metti langsung mendorongku ke
dudukan WC, sehingga aku terduduk dan Metti duduk di pangkuanku setelah melucuti
celananya. Wajahnya menghadap ke arahku. Metti sendiri yang mengarahkan penisku ke lubang
vaginanya.

“Esshhghh.. emmhh..!” Metti mendesah namun seperti tertahan.

Wajahnya terlihat agak merah. Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran denganku. Tidak
ingin suaranya kedengeran. Akhirnya aku melakukan persetubuhan untuk pertama kalinya.
Setelah Metti menusukkan penisku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung penisku
menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput daranya tertekan.
Batinku berkata, “Yess.. Metti masih perawan.”
Metti mencoba mengayunkan badannya ke atas dan bawah.

Kugoyangkan juga badanku ke atas dan ke bawah. Kurasakan selaput Metti sudah robek.
Mungkin nanti akan terlihat noda darah. Goyangan Metti semakin kencang. Sekujur tubuhnya
terlihat kucuran keringat. Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya
dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan badannya ke badanku.
Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat Metti dengan penisku masih menancap, dan
kutiduri Metti di lantai. Untung lantainya belum basah, jadi masih bersih. Kukangkangkan
kedua kakinya, kutempelkan di pinggang dan kupegangi. Goyanganku kini maju mundur.

“Aghh.. aah.. Riiik.. a.. ayo.. Riiiik..!” Metti kembali mendesah sambil memanggil namaku.

Kembali aku merasakan adrenalin aneh merasukiku. Biasanya senafsu-nafsunya aku onani,
paling cepat hanya 5 menit. Karena di kamar mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir
10 menit sejak ciuman pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani pasti
sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Metti ejakulasi duluan. Di sekujur penisku kurasakan
cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku masih berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa
juga sudah ingin segera mencapai orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera kucabut
penisku. Aku bermaksud untuk memuncratkan spermaku di wajahnya.

Sambil kudekatkan penisku ke bibir Metti, kukocok sedikit lagi dengan telapak kananku yang
sebagian dipenuhi oleh air mani Metti. Kemudian ketika mau keluar, Metti ikut memegangi
penisku.

“Crot.. crot..!” Spermaku membanjiri wajahnya.

Baca Juga Cerita Seks Tengelam Dalam Nafsu

Nampak seputar bibirnya dipenuhi sperma putih kental. Juga di pipinya, hidung, alis dan
ada yang memuncrat hingga mengenai rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Metti.

“Aghh.. Di.. sperma loe banyak bangeetthh..!” Metti mencoba berbicara sambil masih
mengocok penisku dan membersihkan wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Yan.. capek nih gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba bercanda.
Metti membalas, “Eughh.. ehh.. elo lagi.. kuat banget..!”

Akhirnya Metti membersihkan bekas sperma yang membasahi sekitar wajahnya dan berpakaian
kembali. Aku sepakat dengan Metti untuk bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak
lama naiknya, biar yang lainnya tidak pada curiga, dan Metti menjawab setuju dengan
ciuman.

Setelah melakukan persetubuhan itu, Metti ke atas duluan, pura-pura tidak ada apa-apa.
Begitu juga aku sehabis berbohong menelepon.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex Pembantu.